Selamat Datang Di Situs Portal Anak Tata Niaga Unimed


Pengen Punya Flash Disk Online

Buat Semua Anak Tata Niaga Unimed, Diharapkan Segera Mendaftar Di Website Ini. Terima Kasih


25 Maret, 2009

PENGUKURAN WAKTU KERJA EFEKTIF KARYAWAN DALAM PROSES PEMINTALAN BENANG DI PT PANDATEX TEMPURAN MAGELANG

A. Ringkasan
1. Judul Penelitian.
Pengukuran Waktu Kerja Efektif Karyawan Dalam Proses Pemintalan
Benang di PT Pandatex Magelang.
2. Nama Pengusul
Nama :
NPM :
3. Ikhtisar Penelitian
Perusahaan Tekstil Pandatex berada di daerah tempuran, kabupaten
magelang, PT Pandatex adalah sebuah perusahaan yang bidang
usahanya bergerak di bidang produksi bahan baku tekstil.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang sedang berkembang,
Bahan tekstil yang diproduksi antara lain benang cotton dan rayon.
Dalam industri ini setidaknya diperlukan adanya suatu peninjauan
tidak hanya pada faktor produksi saja, namun juga penggunaan
tenaga listrik, suku cadang, dan perawatan yang dianggap berperan
secara signifikan terhadap output produksi. Hal ini perlu dilakukan
agar dapat mengimbangi dari tingkat persaingan antar perusahaan
yang semakin ketat. Dengan diadakannya pengukuran terhadap
waktu kerja tersebut, maka akan dapat diketahui berapa waktu yang
diperlukan untuk membuat produk, berapakah produk yang dapat
dihasilkan tiap harinya, berapakah waktu terbuang selama ini, dan
sebagainya. Berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan adanya
suatu analisis yang mengkaji tentang penggunaan faktor-faktor
produksi untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penggunaan
faktor produksi dan waktu prosesnya supaya lebih efisien dan efektif.
4. Tempat Penelitian
Lokasi : PT. Pandatex
Laboratorium : Lab. Komputer
5. Waktu Penelitian
Dimulai Sejak Tanggal 1 Maret 2008 – 31 Juli 2008

B. Latar Belakang Permasalahan
Banyak jenis –jenis industri yang ada di indonesia, salah satunya
adalah industri tekstil yang bergerak di bidang pemintalan benang.
Perusahaan tekstil yang ada di daerah tempuran magelang seperti PT
Pandatex membuat produknya berdasarkan dimensi dan kualitas yang
dipesan konsumen. Produk benang yang dihasilkan antara lain cotton
dan rayon. kegiatan produksi dilakukan secara semi otomatis karena
masih menggunakan tenaga manusia untuk menjalankan dan
mengontrol mesin. Seperti telah kita ketahui bersama bahwasanya
industri tekstil tidak dapat terlepas dari penerapan teknologi dan
keterlibatan SDM di dalammya. Hal tersebut dapat diamati dari
besarnya pengaruh penggunaan teknologi dan kualitas SDM, tanpa
mengesampingkan ketersediaan bahan baku sebagai faktor utama
pula dalam suatu proses produksi. Beberapa hal tersebut memang
tidak dapat dipungkiri karena memang memiliki keterkaitan terhadap
produktivitas perusahaan.
Kekurang efisienan merupakan Permasalahan industri yang
menyangkut mengenai manajemen proses produksi. Produktivitas
perusahaan akan dapat dicapai bila perusahaan memiliki kebijakan
yang berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor produksi sebagai
input produksi dari bagi suatu perusahaan secarta lebih efisien dalam
menghasilkan produk sebagai output produksi yang optimum yaitu
dengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang ada. Beberapa
kendala yang sering muncul dalam suatu proses produksi antara lain :
keterbatasan bahan baku, keterbatasan teknologi, serta kualitas SDM
dalam menjalankan kegiatan produksi, yang semuanya itu menjadi
suatu faktor pembatas dari suatu proses produksi.
Peninjauan sangat diperlukan untuk mengukur tingkat keefisienan dari
input dan output produksi. Peninjauan ini tidak hanya pada faktor
produksi seperti halnya pada penggunaan bahan baku dan tenaga
kerja saja, namun juga penggunaan tenaga listrik, suku cadang,
sebagai komponen pengganti dari mesin yang mengalami kerusakan.
yang dianggap berperan secara signifikan terhadap output produksi,
perlu juga untuk dikaji lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang
permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu analisis yang
mengkaji tentang penggunaan faktor-faktor produksi untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat penggunaan faktor produksi
telah dapat dikatakan efisien.

C. Perumusan Masalah
Dari apa yang telah disebutkan diatas, bahwa pengukuran waktu kerja
efektif karyawan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan
untuk mentarget jumlah output yang dihasilkan oleh masing-masing
karyawan dalam jangka waktu tertentu. dalam penelitian ini yang
menjadi fokus masalah adalah:
1. Apakah penggunaan waktu produksi di PT Pandatex sudah efisien ?
2. Seberapa besarkah tingkat efisiensi perusahaan ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas kerja
karyawan?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektifitas waktu kerja karyawan dalam hal ini
waktu normal, waktu standar, dan juga waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan reparasi per unitnya.
2. Mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi perusahaan yang
sesungguhnya.

E. Manfaat Penelitian
1. seluruh hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan acuan /
pedoman baik bagi karyawan ataupun perusahaan dalam
melakukan kegiatan produksi selanjutnya.
2. Dapat meningkatkan efisiensi faktor-faktor produksi yang
berpengaruh pada hasil produksi yang optimal setelah diambil
kebijaksanaan perusahaan yang lebih baik.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja
karyawan.

F. Asumsi-Asumsi
Di asumsikan dalam satu hari karyawan bekerja selama 8 (delapan)
jam atau 480 menit dikurangi waktu setting dan tanpa waktu istirahat
khusus. Waktu istirahat termasuk ke dalam kelonggaran waktu kerja.
Dalam hal ini karyawan dianggap telah memiliki kemampuan/skill yang
cukup baik dalam bekerja atau dengan kata lain memiliki performance
rating diatas rata-rata apabila seluruh kegiatan dapat berjalan dengan
lancar atau sesuai dengan yang diharapkan maka dapat diartikan
bahwa tidak ada gangguan yang berarti seperti kerusakan peralatan,
keterlambatan atau kekurangan persediaan bahan baku, pekerja
dalam keadaan yang tidak fit atau kurang sehat untuk bekerja, dan lain
sebagainya.
G. Studi Pustaka
1. Laporan Penelitian Terdahulu yang Relevan :
1. Purnomo, 1997, Pengaruh Pemangkasan Jalur Kritis Proyek
Overhaul Lokomotif Diesel Hidrolik Seri BB 301 XX terhadap
Kebijaksanaan Pemeliharaan Total di Balai Yasa Yogyakarta
(Laporan Skripsi). Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dari hasil analisis data dan pembahasan masalah yang dilakukan
pada penulisan laporan kerja praktik maka dapat diambil
kesimpulan yaitu Pemangkasan umur proyek secara matematis
dapat dilakukan yaitu dengan menekan jalan kritisnya dari 1.022
JO (jumlah orang) menjadi 700 JO dengan demikian terdpat 228
JO yang harus dikerjakan dalam kondisi lembur.
2. Muttakin, 2001, Proyek Minor Pengukuran Waktu Kerja Efektif
Operator mesin Planner unit 01 di PT. Wana Awet Mas Kranggan
Temanggung (Laporan KP). Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang,
Dari analisis data dan pembahasan masalah dalam penulisan
laporan kerja praktik penyusun dapat menyimpulkan yaitu Dari
hasil perhitungan berdasarkan alowancenya menunjukkan bahwa
operator mesin planner pada unit 01 sudah bekerja secara efektif,
dalam penggunaan waktu kerja, yaitu sebesar 6,61 jam/hari kerja
dalam 8 jam hari kerja meskipun sebenarnya bila melihat kondisi
operator produktivitasnya masih bisa ditingkatkan agar lebih
optimal dan Tingkat produksi tidak bisa maksimal, karena pabrik
berproduksi hanya berdasarkan instruksi dari pusat.
3. Nugroho, 1990, Manajemen dan Sistem Pemberian Upah Kerja
Karyawan di PT. Lanka Noveltis Mark and Dino’s Ungaran
(Laporan KP). Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Islam indonesia.
Dari hasil analisis data dan pembahasan masalah yang dilakukan
pada penulisan Laporan Kerja Praktik, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu PT. Lanka Noveltis Mark and Dino’s adalah
perusahaan non PMA dan non PMDN yang bergerak di bidang
industri kerajinan (handycraft) dengan melakukan produksi
secara make to order. dan sistem kompensasi atau pengupahan
yang diterapkan di PT. Lanka Noveltis Mark and Dino’s yaitu upah
kerja bulanan dan upah lembur (bila ada jam lembur) dan
tunjangan yang telah memenuhi persyaratan dari pemerintah.
2. Studi Literatur
Setiap proses proses produksi selalu memiliki landasan teknis
yang dalam teori ekonomi disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antara tingkat output dan
kombinasi beberapa tingkat penggunaan input-inputnya (Beattie dan
Taylor, 1994).
Menurut soekarwati (1990) efisiensi diartikan sebagai upaya
penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar-besarnya, sedangkan pengertian efisiensi menurut
Ensiklopedi Indonesia adalah suatu usaha dibidang produksi untuk
menghindari segala pemborosan bahan baku maupun tenaga kerja
serta gejala-gejala lain yang merugikan atau secara umum dapat
dikatakan sebagai keseluruhan fakta, metode, sikap yang telah
membuktikan dapat menaikkan dan memberikan keuntungan. Ada
dua pengertian efisiensi disini, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomi. Efisiensi teknis atau sering disebut efisiensi fisik
menggambarkan perbandingan antara jumlah jumlah output fisik dan
input fisik yang digunakan dalam suatu proses produksi. Akan tetapi
yang lebih menentukan dalam efisiensi perusahaan adalah efisiensi
ekonomi, karena dalam efisiensi teknis belum memperhitungkan nilai
dari input maupin outputnya.
Pengaturan efisiensi kerja meliputi beberapa aspek yang harus di
perbaiki sistemnya. Yaitu:
Teknik dan Tata Cara Kerja.
Pengaturan efisiensi kerja meliputi beberapa aspek yang harus di
perbaiki sistemnya. Yaitu:
a) Teknik tata cara kerja.
Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prisip
prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan
sistem kerja yang baik. F.W Taylor da F.V Gilberth adalah orang-
orang yang mengawali pengembangan ilmu ini.
Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur
komponen-komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia
dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan
peralatan kerja, serta lingkungan kerja sehingga diharapkan
dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang diukur
dengan waktu yang dihasilkan, tenaga yang dipakai serta akibat-
akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan.
1. sistem kerja
sistem kerja itu sendiri terdiri dari empat komponen yaitu,
manusia bahan, perlengkapan, dan peralatan serta lingkungan
kerja. Semua komponen harus dipahami guna memperoleh
metode kerja yang sebaik-baiknya.
2. Produktivitas kerja manusia.
Produktivitas kerja manusia biasanya dikaitkan dengan
pengertian efektivitas dan efisiensi kerja sebagai ukuran
produktivitas kerja manusia maka rasio tersebut umumnya
berbentuk output yang dihasilkan oleh efektifitas kerja dibagi
dengan jam kerja yang dikontribusikan sebagai sumber
masukan dengan rupiah atau unit produksi lainnya sebagai
dimensi tolok ukur.
3. ruang lingkup penelitian kerja.
Bila ditinjau dari ruang lingkup penelitian kerja dapat dibagi ke
dalam dua bagian pokok, yakni penelitian metode atau
pengaturan proses kerja dan pelaksanaan pengukuran kerja.
Pada pengaturan proses kerja berisi prinsip-prinsip pengaturan
komponen sistemkerja unutk mendapatkan alternative sistem
kerja yang baik, kemudian diatur sehingga secara sinergis
berada dalam komposisi yang optimal dengan memberikan
efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Ilmu yang perlu dikuasai
untuk melakukan pengaturan terhadap pekerja dapat dipelajari
melalui ilmu ergonomi, studi gerakan kerja (motion study) dan
studi tentang prinsip-prinsip ekonomi gerakan (motion
economy).
4. kondisi lingkungan kerja
Pada waktu proses produksi berlangsung tingkat produktivitas
dari operator atau manusia cukup menentukan akan output
yang dihasilkan, tentu saja hal tersebut tidak lepas dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut bisa berasal
dari dalam mauppun luar. Salah satu faktor dari luar adalah
kondisi lingkungan kerja yang diantaranya; temperatur,
kelembapan, sirkulasi udara, kebisingan, getaran mekanis, dan
lain-lain.
b) Pengukuran waktu Kerja
Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat
dibagi ke dalam dua bagian yaitu pengukuran kerja secara
langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung.
Pengukuran kerja secara langsung ialah pengukuran yang
dilakukan langsung ditempat di mana pekerjaan yang diukur
dijalankan. Ada dua cara yang dalam pengukuran secara
langsung, yaitu pengukuran waktu kerja dengan menggunakan
jam henti (stop watch time study) dan sampling kerja (work
sampling). Sedangkan untuk pengukuran secara tidak lansugn
dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat
harus di tempat pekerjaan diukur. Salah satu dari pengukuran
secara langsung adalah dikembangkan waktu kerja
dengan metode sampling.
c) Penyesuaian Waktu Dengan Rating Performance Kerja
Barangkali bagian yang paling penting tetapi justru yang paling
sulit di dalam pelaksanaan pengukuran waktu kerja adalah
kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat
pengukuran kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo ataupun
performance kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan kerja
operator pada saaat bekerja. Aktivitas untuk menilai kerja
operator ini dikenal sebagai ”Rating Performance”.
Dengan menggunakan rating ini diharapkan waktu kerja yang
diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu
kerja ini diakibatkan oleh kerja operator yang kurang wajar yaitu
bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana
mestinya. Suatu saat dirasakan terlalu cepat dan disaat lain malah
terlalu lambat.
d) Westing House System’s Rating
Westing House Company (1972) juga ikut memperkenalkan
sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem
yang dilaksanakan oleh Bedaux. Di sini selain kecakapan dan
usaha yang telah dinyatakanoleh bedaux sebagai faktor yang
mempengaruhi performance manusia, maka Westing house
menambahkan lagi dengan kondisi kerja dan konsistensi dari
operator di dalam melakukan kerja. Untuk ini westing house telah
berhasil membuat tabel performance rating yang berisikan nilai-
nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-
masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada
maka hal ini dilakukan dengan cara mengalihkan waktu yang
diperoleh daripengukuran kerja dengan jumlah keempat rating
faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan
oleh operator.
e. Penetapan Waktu Longgar Dan Waktu Baku
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-
mata menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan
bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kevepatan atau tempo
kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita
akan melihat bahwa tidaklah mungkin diharapkan operator
tersebut akan mampu bekerja secara terus menerus sepanjang
hari tanpa ada interupsi sama sekali. Di sini kenyataannya
operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan
waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat
melepas lelah dan alasan-alasan lain yang di luar kontrolnya.
Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses
produksi ini bisa di klasifikasikan menjadi personal allowance,
fatique allowance, dan delay allowance. Waktu baku yang akan
menetapkan kelonggaran-kelonggaran yang perlu. Dengan
demikian maka waktu baku adlah sama dengan waktu normal
kerja dengan waktu longgar.

Tidak ada komentar:

Copyright by : TataNiaga Online (c) 2009