Selamat Datang Di Situs Portal Anak Tata Niaga Unimed


Pengen Punya Flash Disk Online

Buat Semua Anak Tata Niaga Unimed, Diharapkan Segera Mendaftar Di Website Ini. Terima Kasih


25 Maret, 2009

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN UPAH RIIL ANTARA TENAGA KERJA YANG TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH DI INDONESIA

1.1 Latar Belakang Penelitian
Penyebab dari perubahan pada perbedaan upah antara yang terlatih dan tidak terlatih telah menjadi isu yang penting untuk diperdebatkan dalam beberapa dekade terakhir ini. Sudah banyak penelitian yang telah dilakukan dalam membulatkan isu ini. Khususnya, perdebatan tentang apakah perdagangan internasional dan perubahan teknologi merupakan alasan utama dalam menyebabkan perbedaan upah. Perdagangan internasional dan pertumbuhan produktivitas merupakan dua alasan utama yang diusulkan dari penelitian di negara besar yang merupakan penyebab dari perbedaan upah. Dari penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini pendidikan juga merupakan alasan dari adanya perbedaan upah.
Dewasa ini situasi dan kondisi perekonomian semakin kompleks menyebabkan peranan perdagangan internasional menjadi semakin penting bagi perekonomian suatu negara. Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan beragam tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh produksi di dalam negeri semata. Hal ini disebabkan karena negara tersebut tidak memiliki sumber daya atau kekurangan faktor produksi atau negara lain lebih efisien dalam memproduksi komoditi tersebut. Selain itu kenaikan kapasitas produksi dari berbagai komoditi membutuhkan pasar yang lebih luas di luar negeri.
Perdagangan internasional memberikan keuntungan dengan membiarkan negara-negara untuk mengekspor barang yang produksinya dibuat relatif lebih besar menggunakan sumber daya yang melimpah secara lokal sementara mengimpor barang yang produksinya dibuat relatif lebih besar, menggunakan sumber daya lokal yang langka. Perdagangan internasional membuat suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang, dalam upaya untuk mencapai skala efisiensi ekonomi yang lebih besar.

Grafik 1

Sumber : IFS
Berdasarkan grafik di atas kita dapat melilihat bahwa dari tahun 1983 hingga tahun 1997, nilai ekspor dan impor Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan, dengan net ekspor yang cukup stabil. Pada tahun 1998 nilai ekspor kita cenderung untuk sedikit menurun tetapi tidak sebesar penurunan nilai impor yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada saat itu yang menyebabkan penurunan daya beli.
Dalam mendorong upaya untuk mencapai skala efisiensi ekonomi yang lebih besar, faktor manusia memegang peranan yang sangat penting. Perhatian terhadap faktor manusia menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli dari kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal, yakni modal manusia berperan secara signfikan, banhkan lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu produktifitas tenaga kerja. Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi jauh lebih penting adalah kualitas.
Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan ukuran yang menentukan kualitas manusia, seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan sebagainya. Di antara berbagai aspek ini pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Menurut Michael P. Todaro, investasi dalam sumber daya manusia dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia tersebut dan dengan demikian menghasilkian efek yang sama terhadap produksi, bahkan lebih besar lagi dengan berkembangnya manusia. Pendidikan formal dan informal, program pendididkan dan pelatihan kerja dapat lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaaga kerja terdidik dan meningkatkan produktivitas kerja.
Peningkatan investasi di bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan tidak bisa dihindarkan lagi baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Sebenarnya setiap tahun, pemerintah telah meningkatkan anggaran sektor pendidikan. Akan tetapi, angka dan peningkatan ini masih relatif sangat kecil secara absolut, sehingga masih jauh bila dibandingkan negara-negara lain yang sangat serius dalam pengembangan sumber daya manusia.

Grafik 2

Sumber : ADB
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pemerintah sangat serius dalam meningkatkan kualitas SDM melalui sektor pendidikan. Hal ini dicerminkan oleh peningkatan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya sejak tahun 1985, dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 1996. Pada tahun 2000 pemerinth sedikit menurunkan pengeluarannya pada sektor ini tetapi kembali meningkatkannya pada tahun-tahun berikutnya.
Dalam rangka mengupayakan pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan untuk mencapai skala efisiensi ekonomi yang lebih besar, pendidikan bukan hanya membantu pertumbuhan ekonomi, tapi secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri sebagai faktor produksi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah.

Tabel 1
Rata-rata Upah Selama Sebulan Menurut Lapangan Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tingkat Sekolah Rata-rata Upah Per bulan (dalam Rp.)
2001 2002 2003
Tdk/blm Pernah Sekolah 209.238 236.795 256.204
Tdk/blm tamat SD 280.625 313.399 327.762
SD 342.298 386.954 428.981
SMP (Umum) 451.894* 513.261 566.637
SMP (Kejuruan) 584.064 656.315
SMA 658.758 750.25 844.411
SMK 676.088 779.343 874.63
Diploma I/II 967.255** 1.017.829 1.119.458
Diploma III 1.133.460 1.268.448
Universitas 1.201.089 1.306.636 1.442.389
Ket : *Data yang tersedia SMP saja
**Data yang tersedia penggabungan antara DI, DII dan DIII
Sumber : BPS
Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi juga upah yang didapatkan. Hal ini dapat mencerminkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenedrung memiliki keterampilan yang lebih tinggi sehingga upah yang ia dapatkan juga cenderung lebih tinggi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk menyajikan skripsi dengan judul:
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN UPAH RIIL ANTARA TENAGA KERJA YANG TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH DI INDONESIA PERIODE 1983-2003”

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapa gambaran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pembahasan penelitian ini akan dibatasi beberapa pokok permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana perkembangan perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia pada tahun 1983-2003?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia?
3. Bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari variabel-variabel penentu dalam mempengaruhi perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan sebelumnya, maka tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia pada tahun 1983-2003.
2. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia.
3. Mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari variabel-variabel penentu dalam mempengaruhi perbedaan upah riil antara tenaga kerja yang terlatih dan tidak terlatih di Indonesia.

1.4 Kerangka Pemikiran
Mahzab merkantilis, yaitu ahli-ahli ekonomi pada abad ke-16 dan ke-17 berpendapat bahwa ekspor dan impor merupakan sebuah kekeayaan yang ada pada suatu negara. Menurut mereka, kemakmuran yang lebih tinggi akan dicapai apabila suatu negara akan melakukan perdagangan internasional.
Bagaimana perdagangan internasional dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, dapat diilustrasikan melalui sebuah contoh pada Tabel 2, dimana diasumsikan dua negara yaitu X dan Y, dua komoditi yaitu kain dan kentang, serta dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan tanah. Dari tabel berikut ini dapat dilihat bagaimana rantai pengaruh perdagangan internasional terhadap upah.

Tabel 2
Ilustrasi Bagaimana Perdagangan Internasional Mempengaruhi
Distribusi Pendapatan
Negara X Negara Y
Harga (P) Awal • P kain murah
• P kentang mahal • P kain mahal
• P kentang murah
X dan Y melakukan perdagangan luar negeri • X mengekspor kain
• X mengimpor kentang • Y mengimpor kain
• Y mengekspor kentang
Tanggapan Produksi terhadap harga • Produksi kain bertambah
• Produksi kentang dikurangi • Produksi kain dikurangi
• Produksi kentang bertambah
Permintaan terhadap faktor produksi berubah • Sektor yang memproduksi kain meminta tambahan tenaga kerja
• Sektor yang memproduksi kentang mengurangi penggunaan tanah • Sektor yang memproduksi kain mengurangi penggunaan tenaga kerja
• Sektor yang memproduksi kentang meningkatkan penggunaan tanah
Tanggapan harga faktor produksi Tingkat upah pada sektor yang memproduksi kain meningkat dan harga sewa tanah menurun Tingkat upah yang memproduksi kain turun dan harga sewa tanah meningkat
Sumber: Lindert, Peter H., Ekonomi Internasional, Edisi kesembilan, Bumi Aksara, 1999

1.4.1 Teori David Ricardo
Peranan ekspor bagi pembangunan telah menjadi perhatian besar sejak mahzab klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, dan J.S. Mill. David Ricardo mengemukakan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari peredagangan internasional adalah melalui spesialisasi. David Ricardo dalam modelnya memfokuskan pada produktifitas tenaga kerja, mengemukakan bahwa perbedaan produktivitas menyebabkan suatu negara melakukan perdagangan.
Selain produktivitas pola perdagangan juga bergantung pada rasio tingkat upah antara suatu negara dengan negara lainnya. Jika besarnya rasio diketahui maka dapat ditentukan barang apa yang diproduksi masing-masing negara.

1.4.2 Teori Heckscher-Ohlin
Teori perdagangan Heckscher-Ohlin merupakan pengembangan teori klasik. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional ditentukan terutama oleh adanya perbedaan relative dalam faktor endownment (faktor pemberian alam) dan harga-harga produksi antar negara. sebagai determinan perdagangan yang paling penting (denagn asumsi selera teknologi sama).
Perdagangan internasional menghasilkan penyamaan harga relatif. Selanjutnya harga-harga relatif mempunyai dampak yang kuat terhadap pendapatan relative dari tenaga kerja dan pemilik tanah. Seperti pada Tabel 2, misalnya peningkatan permintaan kain mendorong kenaikan harga kain menyebabkan peningkatan daya beli tenaga kerja diukur dengan kedua barang, sementara penurunan daya beli pemilik tanah diukur dengan kedua barang. Kebalikannnya terjadi jika harga makanan meningkat. Dengan demikian perdagangan internasional memiliki dampak yang kuat terhadap distribusi pendapatan.

1.4.3 Pendidikan dan Upah
Setiap perusahaan memiliki tiga aset penting, yaitu fisik, keuangan, dan manusia. Aset yang paling penting diantara ketiga aset tersebut adalah manusia. Manusialah yang akan mengelola kedua aset lainnya agar dapat memajukan perusahaan. Modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah salah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang , diharapkan investasi manusianya semakin tinggi. Modal manusia memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Michael P. Todaro mangatakan bahwa manusia yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan memilki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Semakin berpendidikan seseorang maka dia akan memiliki kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Di Indonesia, layaknya di negara berkembang lainnya, pendidikan dianggap orang tua sebagai sarana penghubung untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pendapatan seumur hidup.
Sama seperti berinvestasi di suatu bidang usaha, investasi juga dapat dilakukan di bidang sumber daya manusia. Teori sumber daya manusia memasukkan pendidikan formal sebagai suatu investasi dalam bidang sumber daya manusia. Teori ini menyatakan bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan penghasilannya dengan meningkatnya kualitas orang tersebut.
Asumsi dasar teori sumber daya manusia adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Teori ini menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena penduduk berperan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Teori ini yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai dari produktivitas individu, jika setiap individu prodiktif, dia akan memiliki pengahisalan lebih tinggi karena pendidikannya lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi masyarakatnya dapat ditunjang.
Pembentukan sumber daya manusia adalah proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang memilki keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan pilitik suatu negara. Pendidikan tidak hanya merupakan suatu bentuk konsumsi semata, tetapi juga merupakan investasi. Hal ini disebabkan karena dengan pendidikan yang diterimanya, seseorang dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerjanya, sehingga pendapatan yang diterimanya meningkat.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library research) dengan data sekunder. Metode penelitian kepustakaan digunakan untuk mendapatkan gambaran teoritis mengenai perdagangan internasional, produktivitas, pendidikan dan upah. Studi kepustakaan ini bersumber dari buku-buku teks, jurnal, serta penelitian dan tulisan-tulisan yang berhubungan.

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Skripsi ini dibatasi dengan menganalisa data tahunan dengan rentang waktu 1983-2003. Alasan mengapa memilih periode tersebut karena dalam rentang waktu tersebut mudah untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

1.5.2 Metode Pengumpulan Data
Semua data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif sekunder. Sumber data yang diperlukan penelitian ini diperoleh dari:
o Biro Pusat Statistik, Laporan tahunan/triwulanan BI, International Financial Statistics (IFS), dan lain-lain.
Disamping data statistik ini, referensi studi kepustakaan diperoleh melalui :
o Jurnal, Perpustakaan FE UNPAD, Perpustakaan Pusat UNPAD, Perpustakaan UNPAR, Perpustakaan BI Bandung, dan Perpustakaan UI.

1.5.3 Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik kualitatif dan kuantitatif, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Kualitatif (grafis) dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen analisis seperti tabel dan grafik yang dapat mencerminkan uraian analisis penelitian secara teratur dan saling mendukung.
2. Kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika untuk mencerminkan hasil dari pembahasan yang dinyatakan dalam angka.
Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model jangka pendek dan jangka panjang, dengan pendekatan Kointegrasi dan model dinamis dari variabel-variabel yang mempengaruhi dengan pendekatan Error Correction Model (ECM).

1.5.4 Model Ekonometrik
Dalam skripsi ini model yang akan digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Hsiao-chuan Chang. Adapun model tersebut sebagai berikut :
LnWs/Wu = ?o + ?1LnEDUN + ?2LnTFP + ?3LnNETX + ?t
Dimana :
Ws/Wu = Rasio upah tenaga kerja terlatih terhadap yang tidak terlatih
EDUN = Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebagai persentase dari total
pengeluaran
TFP = Pertumbuhan produktivitas atau output
NETX = Net ekspor sebagai persentase dari GDP
?o = Nilai autonomus rasio upah tenaga kerja terlatih thd yang tidak terlatih
?1,?2,?3 = Koefisien regresi
?t = Error term

1.5.5 Spesifikasi Data
o Rasio Upah Tenaga Kerja Terlatih Terhadap yang Tidak Terlatih (Ws/Wu )
Untuk membedakan antara tenaga kerja yang terlatih dengan yang tidak terlatih, diasumsikan bahwa tenaga kerja yang terlatih minimal telah menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA atau sederajat) . Variabel ini adalah hasil dari upah riil rata-rata per bulan tenaga kerja terlatih dibagi tenaga kerja tidak terlatih. Data upah riil diperoleh dari BPS.
o Penegeluaran Pemerintah untuk Pendidikan sebagai persentase dari total Pengeluaran (EDUN)
Penegeluaran pemerintah untuk pendidikan adalah pembiayaan pemerintah untuk pendidikan selama satu tahun selama periode 1983-2003. Persentase pengeluaran pendidikan diperoleh dengan pengolahan data, yaitu membagi jumlah pengeluaran pemerintah untuk pendidikan pada setiap tahunnya dibagi total pengeluaran pemerintah pada tahun yang sama.Data diperoleh dari ADB.
o Pertumbuhan Produktivitas/Output (TFP)
Variabel ini adalah pertumbuhan output dari sektor pertanian, industri dan jasa yang dihitung secara keseluruhan. Pertumbuhan output ini dapat dihitung dengan membagi output tahun sekarang dibagi dengan output tahun sebelumnya. Data ini diperoleh dari ADB.
o Net ekspor (NETX)
Net ekspor dihitung dengan cara mengurangi nilai ekspor f.o.b dengan impor c.i.f., ekspor dan impor tidak dihitung dalam volume. Net ekspor ini adalah persentase dari GDP. Data tersebut diperoleh dari IFS yang diterbitkan oleh IMF.
1.5.6 Pengujian Statistik
1.5.6.1 Root Test
Uji ini merupakan suatu uji untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregresif yang ditaksir mempunyai nilai 1 atau tidak. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui adanya anggapan stasionaritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk mengetahui adanya unit root dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF – Test), antara lain ;
Y¬¬¬¬t = ?Yt – 1 + Ut
Kesimpulan hipotesis DF-test :
Ho : ? = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)
H1 : ? ? 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)
Kesimpulan hasil uji root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.
1.5.6.2 Uji Kointegrasi
Uji ini dikembangkan berdasarkan adanya persepsi model data yang tidak stasioner, apabila data tidak stasioner masih terjadi kointegrasi jangka panjang bila kombinasinya juga linear sejalan dengan berjalannya waktu. Tujuan pokok dari uji ini adalah untuk melihat hubungan keterkaitan jangka panjang antara tiap variabel yang diuji.
Langkah pertama, estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), misalnya :
Yt = ?0 + ?1Xt1 + ?2Xt2 + Ut

Langkah kedua, uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali.
Ut = Ut-1 + ?t
?Ût = ?0Ut-1 + ?1Ut-2
Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam uji ini adalah melakukan regresi, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu.
Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini :
Ut = ?Ut-1 + ?t
Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :
Ho : ? = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi)
H1 : ? ? 0 (Variabel-variabel terkointegrasi)
1.5.6.3 Uji Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 t-Stat > t- Tabel
Satu arah (kiri) ? ? 0 ? < t-Stat < t- Tabel
Dua Arah ? = 0 ? ? -t-Stat < t- Tabel< t-Stat
1.5.6.5 Uji F- Statistik
Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya.
Hipotesa yang digunakan adalah :
Ho : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel tidak bebasnya.
H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
tidak bebasnya
Hasil pengujian akan menunjukan :
- Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
- Apabila nilai F-hitung <>

1.5.7. Pengujian Masalah dalam Regresi Linear
1.5.7.1 Masalah Multikolinier
Multikolinear menunjukan gejala adanya hubungan linear atau hubungan yang pasti diantara eksplanatory variabel (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar explanatory variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.

1.5.7.2 Masalah Serial Korelasi
Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor :
1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik.
2. mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukungnya.
3. Bentuk model yang tidak tepat.
4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-test.

Uji Durbin Watson
Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis dibawah ini :

Dengan ketentuan :
dL = batas kritis bawah
dU = batas kritis atas
4- dU = batas kritis atas (dilihat dari batas maksimum)
4 – dL = batas kritis bawah (dilihat dari batas minimum)

Ketentuan penilaian batas kritis yang menjelaskan ada atau tidak masalah serial korelasi dalam model adalah sebagai berikut :

Kriteria nilai kritis Kesimpulan
0 < d < Dl Ho ditolak (autokorelasi positif)
dL ? d ? dU Autokorelasi tidak jelas
4 – dL < d < 4 Ho ditolak (autokorelasi negatif)
4 – dU ? d ? 4 – dL Autokorelasi tidak jelas
dU <>

Run-Test

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependent terhadap nilai estimasinya.
Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs ? (k) dan variansnya (?k) melalui rumus :

Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model, ditentukan melalui batasan rentang :

? (k) – t-tabel ( n,-1; ?) ?k ? k ? ? (k) + t-tabel ( n,-1; ?) ?k

Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k) berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model mengandung masalah serial korelasi.
Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series dari observasi maka asumsi classical linear regresion tidak terpenuhi. Keseluruhan teknis perhitungan diatas dilakukan dengan menggunakan software Eviews (Eviews 3.0).

Untuk dapat mendownload atau merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus menjadi special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi.

Semua Member Special dapat merequest file content lengkap yang ada di website ini.
NB: Ada kemungkinan beberapa skripsi belum ada filenya, karena dikirim oleh member biasa dan masih menunggu konfirmasi dari member yang bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Copyright by : TataNiaga Online (c) 2009